Rabu, 28 Desember 2016

Aku Pernah Merasakan Menjadi Kalian






Namaku Venusiana Riama Dewi Putri Marciela, panggilanku Venus. Anak pertama dari dua bersaudara.  aku bekerja di salah satu perusahaan swasta di Cilegon milik Korea.  Dan saat ini kegiatan ku kerja dan menjalankan bisnis Oriflame. 

 

02 September 2015 , aku mulai join Oriflame.  Saat itu aku sangat boros, dimana aku sudah menjalankan kerja selama 5 bulan kerja namun tidak memiliki tabungan. Sisa uang di ATM paling banyak adalah Rp 300.000,- sedih mulai terasa ketika mamahku membutuhkan uang, dan ketika melihat buku tabunganku yang tersisa hanya Rp 300.000 sontak sangat kaget dan merasa tidak enak denganku.  Mamaku menasehati aku untuk lebih berhemat sebab dikemudian hari akan ada pengeluaran-pengeluaran dadakan yang cukup besar .

Mulailah aku mencari-cari bisnis sampingan untuk menambah penghasilanku dan memiliki tabungan, cerita kesana kesini dengan beberapa temanku, kemudian ada salah seorang temanku yang mengajakku join bisnis dengannya, bisnis yang akan kita jalankan adalah membuka café ice cream sebab kita suka makan ice cream. Kemudian kita mulai mencari-cari apa saja perlengkapan dan peralatan yang dibutuhkan serta biaya modalnya. Ternyata cukup mencengangkan, untuk membuka café berukuran kecil dan sederhana saja kita membutuhkan modal kisaran Rp 10.000.000

Maka kami urungkan niat kami, karena kita ingin memulai bisnis untuk tambahan penghasilan tapi bukan berarti kita mengeluarkan biaya modal yang cukup besar. Kita saling tahu diri , dan kita mulai mencari-cari lagi dan aku sempat di tawarkan pula join frenchise ice cream potong dengan modal utama Rp 7.000.000 sudah mendapat 1 booth.

Alangkah menyedihkan setiap kali ditawarkan bisnis selalu dengan modal jutaan, sedangkan di ATM saja tidak ada uang sebesar itu. Tapi aku tidak putus asa, terus mencari jalan keluarnya. Dan bertemulah dengan kakaknya temanku yang baru saja memulai bisnis hijab, kebetulan bisnisnya membutuhkan reseller untuk bisa berkembang. Enaknya menjadi reseller , saya bisa ambil barang berapa saja tanpa perlu bayar dahulu. Ketika barang laku, barulah saya bayarkan kepada pemiliknya dan diberikan disc 15%. Awalnya selalu laku tanpa sisa. Lalu saya disarankan kakaknya teman saya untuk membuka cabang sendiri di rumah saya, ternyata persyaratannya untuk bisa membuka agen minimal order Rp 1.600.000.

Aku memutuskan mendaftar setelah gajian kantor, persyaratan sudah terpenuhi. Lalu mulai menjalankan bisnisnya. Menjadi agen harus pintar-pintar mencari seorang reseller, sebab dengan belanja barang senilai Rp 1.600.000 maka aku memiliki banyak stock yang tidak mampu aku jual sendirian, butuh orang untuk menyebarkan stock jilbab di rumahku , aku mulai merekrut sepupuku dan teman sekolahku untuk menjadi reseller, aku memperlakukan mereka seperti awal aku menjadi reseller di kakaknya temanku. Boleh ambil barang, dan bayar ketika brang sudah habis. Sementara aku sebagai agen hanya boleh retur barang sebanyak 10% dari pembelian terakhir.

Bayangkan 10% dari Rp 1.600.000 adalah Rp 160.000 harga kerudung kisaran Rp 60.000 – 80.000, maka aku hanya bisa meretur barang sebanyak 2-3 pcs. Awalnya memang laku terus, namun namany jualan ada yang namanya pasang dan surut serta rasa bosan pembeli . selama 3 bulan aku bertahan, namun semakin hari semakin banyak sisa penjualanku, aku harus memutar otak untuk menghabiskan sisa stock yang ada. Karena jika tidak , maka akan mengalami kerugian.  Jika laku semua aku biasanya bisa mengantongi keuntungan sekitar Rp 400.000 itu jika pembeli membayar cash, namun namanya pembeli pasti ada saja yang mengutang sehingga sebulan tidak mungkin  mengantongi keuntungan bersih Rp400.000

Belum lagi aku harus mengantar stock ke daerah Serang tempat sepupuku tinggal, karena beliau janda dan tidak berani keluar rumah jauh, maka aku berbaik hati untuk mengantarkan ke rumahnya. Jarak rumah kami sekitar setengah jam jika naik motor. Setiap sabtu dan minggu aku keliling untuk mengantarkan pesanan-pesanan kerudung yang keuntungannya tidak sebanding dengan kerja kerasku

 

Jenuh mulai aku rasakan , karena kerjaku tak sebanding hasilku. Aku mulai mencari-cari lagi bisnis yang bisa aku kerjakan sambil kerja kantoran dengan modal sesuai kantongku. Bermodalkan internet aku mencari di google dan menemukan bisnis Oriflame. Sebelumnya memang pernah mencoba membeli di salah satu teman kantorku lipstick matte, tapi kecewa karena temanku salah merekomendasikan warna yang sesuai kulitku.

Di salah satu situs web aku mencoba menuliskan data diri untuk mencari tahu bagaimana cara kerjanya bisnis di Oriflame. Dan sayangnya aku tidak di ajarkan dengan baik tata caranya, hanya di suruh mengisi data diri dan membaca sendiri panduan dalam grupnya di facebook. Rasa takut mulai berdatangan, takut ditipu, takut gagal, takut orang ini tidak benar, takut karena jarak orang ini jauh.

Sambil ngulik-ngulik internet aku mengingat kalau teman ku semasa kecil dulu pernah pasang produk Oriflame di BBM, aku mulai menchatnya dan tanya-tanya tentang Oriflame. Tapi masih ragu dan takut karena belum paham, makanya aku mencoba memilih menjadi pemakai dulu. Tapi setelah dihitung-hitung lebih menguntungkan menjadi penjual sebab untung jualan bisa aku pakai untuk beli produk sendiri.

Aku diperkenalkan dengan uplineku Nurlia  ke dalam sebuah grup yang isinya mencakup seluruh team dari Jaringan Vera Nadiya S, dengan sapaan yang ramah dari teman-teman di dalam grup. Aku berada di dalam komunitas anak muda NLC World Oriflame , NLC sendiri singkatan dari No Limit Club yang artinya Club tanpa batas. Awal gabung aku tidak tau apa-apa, masih bisa dikatakan meraba-raba. Ketika ka Vera menginviteku ke dalam grup, aku serasa anak bawang yang tidak paham apa-apa. Saat beberapa orang mulai sharing jualannya, sharing keuntungan yang ia dapat, aku mulai down karena merasa jualan itu susah, sudah seminggu gabung tapi belum juga ada barang yang terjual.

Rasa minderku membuatku malu berada dalam grup tersebut, rasanya aku tidak mampu menyeimbankan mereka. Saat mereka sedang asik cerita di grup, aku diam tanpa merespon dan mulai leave grup. Tapi tidak lama, ka Vera invite aku lagi dan aku leave lagi. Aku kemudian memberanikan diri chat di personal message ka Vera, karena ketika di grup aku baru kenal dengan ka Vera. Isi message ku kira-kira seperti ini  “kenapa serpertinya orang-orang berjualan itu mudah, tapi menurutku sulit” tanpa ada basa-basi terlebih dahulu aku langsung meluapkan unek-unekku.

Tidak lama, chatku di respon ka Vera. Ia mulai bertanya-tanya metode jualanku, sudah sejauh mana aku berusaha, sudah berapa banyak orang yang aku ceritakan tentang produk Oriflame dan segala cara untuk mendatangkan pembeli. Aku menjawabnya dengan apa yang sudah aku lakukan, memang aku sudah menjalankan tips-tips penjualan dengan menawarkan ke teman-teman tapi tidak semua hanya beberapa. Lalu ka Vera dengan sabar membina aku melalui sebuah telpon selulernya, dengan antusias aku mendengarkan apa yang ia ajarkan, inilah awal kedekatan kami.

“Ven, kamu udah kontak semua temen kamu?” tanya ka Vera. Dengan malu-malu aku menjawap “hehehe belum mba, bingung nawarinnya, belum tau juga produk-produknya”. “Nah kan Venus jangan suka leave grup karena di grup itu akan banyak ilmu yang bisa Venus serap” timpal ka Vera dengan nada tegas. “iyaa mba, soalnya aku malu,  yang lain bisa jualan tapi aku tidak” aku menjawap dengan nada sedih. Lalu mulai lah ia menasehati aku “yauda aku kasih tips ya supaya kamu bisa jualan seperti temen-teman yang lain. Tapi dengan syarat sekarang ambil kertas dan pulpen”

Dengan cekatan aku meraih alat tulis dan mulai mendengarkan instruksi darinya. “Ven udah siap? Mulai ya bikin 10 daftar nama teman kamu yang kamu rasa wajahnya jerawatan, tulis lagi 10 daftar nama temanmu yang suka pakai make up seperti lipstick misalnya, dan 10 daftar nama temanmu yang kalau ketemu kamu wangi. Tulis ya nama-namanya Ven di kertas tadi, aku tungguin.” Aku mulai berfikir cepat tanpa mengelaknya, dan menuliskan daftar nama-nama temanku seperti yang ia perintahkan tadi.

Setelah dirasa sudah mendapatkan 10 daftar nama-nama aku mulai menyetorkan nama tersebut dan menunggu jawapan dari nada suaranya yang lembut. “mba sudah ni” . “coba sebutin ven” jawap ka Vera. Setelah aku sebutkan ka Vera lalu merespon lagi “Ven, dari 10 daftar nama yang jerawatan itu kamu punya kontaknya?” . aku menjawap “ada yang aku punya pin bbmnya ada yang enggak mba. Terus gimana?” . “yang sudah punya kontaknya sekarang kamu ceritain produk tea tree mulai dari fungsinya dan cara kegunaanya, yang belum kamu punya kontaknya kamu cari nama-nama di facebook, sebab facebook pasti dimiliki dari semua kalangan”

Dan mulai lah aku jalankan sambil chatingan sambil tiduran dan handphone di telingan sambil sambil mendengarkan instruksi untuk dafatar nama selanjutnya. ‘mba ada yang jawap nih , cara pakainya bagaimana, ada juga yang tanya parfum, body cream ini apa fungsinya” dan rentetan pertanyaan mulai aku keluarkan sambil chatingan dengan calon pembeli, agar bisa dapat jawapan yang tepat dari ka Vera karena aku belum paham tentang produk-produknya. Untungnya saja ia mau sabar membina aku yang masih minim pengetahuanku tentang Oriflame.

Tak terasa sudah pukul 22.00 , kami bercengkrama hampir 2 jam di telpon karena jarak kami yang cukup jauh, dan baru kenal tapi aku sangat merasakan perhatiannya dan kesabarannya membimbing aku. Aku masih belum bisa tidur, aku mnafaatkan untuk terus melanjutkan chating dengan teman-temanku, bermodal nekat yang penting sudah mau usaha. Hasil cerita sana-sini aku dapat 1 pembeli parfum Giordani Gold gratis body spray, 1 pembeli parfum power musk couple dengan parfum cwo musk juga dan ia ingin pinjam katalogku, ia sempat menawar harga padaku, ya aku bilang “coba tawarkan ke temen-temen kantormu, kalau ada yang pesan banyak nanti kamu aku kasih gratis produk” ia cukup senang mendengarnya. Saat itu aku masih bandel, uplineku sudah pernah menyarankan untuk beli 5 katalog tapi aku tetap mencoba membeli 1 katalog dulu.

Satu katalog dan sekarang sedang ada di tangan temanku, sementara seperti biasa di kantor temanku yang senior menitipkan katalog padaku, aku masih belum bilang kalau aku sudah member, katalog aku taruh diatas meja, dan teman-teman mulai berdatangan. “Ven kamu member Oriflame sekarang?” tanya salah seorang temanku. “iya mba” jawapku polos. Mereka tidak tanya-tanya katalog siapa yang ada di atas mejaku, mereka lebih asik melihat-lihat produk oriflame sambil memilih-milih lipstick yang sedang promo. Bermodalkan katalog titipan teman aku manfaatkan sementara, bukannya jahat atau apa tapi memang butuh katalog saat itu.

Sampai di rumah, salah seorang teman kantorku mengirimkan pesan di Whatsapp, ia ingin pesan produk oriflame, tapi karena aku tidak pegang katalog, aku bingung menjelaskannya. Untungnya rumah uplineku dekat, lalu aku menghubunginya ingin 4 katalog lagi untuk modal jualanku. Akhirnya ia sigap dan datang ke rumah mengantarkan katalog, aku lega karena bisa memulai jualanku tanpa mengambil kesempatan milik orang lain.

Keesokannya saat yang punya katalog datang ke mejaku, aku langsung bilang padanya kalau aku sudah menjadi member juga, Sontak terlihat kaget dan bertanya “kapan Ven joinnya? Sama siapa?” . aku jawap “awal bulan ini mba, sama tetanggaku” . “yaah kenapa ga sama mba?” tanya dia seperti sedikit kesal. “maaf mba, aku lupa yang keiingetan malah temanku”. “yawes, ini aku ambil ya katalognya” . “oh iya mba, aku udah pegang katalog sendiri nih”.

Bukan bermaksud menyaingi, tapi setiap orang berhak memilih ingin menjalani bisnis apapun. Jikalau pilihan bisnis kita sama artinya kita bersaing namun secara sehat. Aku  dan teman-teman kantorku yang totalnya sudah menjadi member oriflamme ada 4 orang, tapi kita tetap berteman baik tidak saling menggunjing. Malah ada temanku yang bukan member, ia menggunjingku dari belakang dengan bilang ke salah satu member oriflame yang statusnya adalah temanku sendiri. “kamu jualan Oriflame juga kaya Venus? Kalau semuanya jualan siapa yang beli?”  temanku yang member itu menirukan gayanya sambil memberi tahuku tentang kejadian di belakang aku beberapa hari kemarin.

“ah sudahlah, anggap aja orang syirik. Aku doain semoga rezeki dia banyak dan jadi pelangganku” ucapku pada temanku yang member itu. Tidak lama setelah kejadian itu, aku memang baik-baik aja kepada orang yang pernah membicarakanku dari belakang itu, kita pun masih main bareng dan cukup dekat, tak lama ia meminjam katalogku dan pesan 1 set skin care dan make up yang sedang promo. Dalam hatiku berucap syukur doa baikku terkabul, dia jadi pelangganku dan tetap bisa memberikan manfaat untukku meskipun sudah mencibirku dari belakang.

 

Rintangan demi rintangan mulai berdatangan, tapi dibalik itu ada hikmah yang bisa aku terima. Pagi-pagi teman lamaku yang pinjam katalog mengabariku bahwa di kantornya ada 7 orang bapak-bapak pesan parfum. Seperti kejatuhan rezeki nomplok, pagi-pagi langsung girang banget dapat kabar begitu. 7 parfum lho, bayangkan jual 1 parfum aja belum tentu orang mampu, ini bisa 7 parfum di pesan. Parfum kan cukup mahal, aku tidak mampu jika menalangi semuanya, jadi aku minta uangnya dulu. Tapi temenku bilang bayar DP dulu masing-masing orang, ada yang cash 2. Sisanya yang bayar DP akan lunasin saat barang datang.

Ya lumayan membantu, aku cukup mengeluarkan modal yang tidak begitu besar, namun keuntungan menjual 1 parfum saja bisa Rp 50.000 – Rp 80.000 , karena ini ada yang pesan 7pcs kalikan dengan Rp 80.000 saja sudah 560.000 keuntunganku, belum lagi aku baru join dan tupo WP1 jadi hadiahku double. Tupo sudah bisa, lalu aku tertarik menjadi pebisnis.

Iseng-iseng tanya ka Vera , caranya menjadi pebisnis bagaimana. Lalu mulai lagi aku di ajarkan mengenai pohon duit Oriflame, mengenai level-levelnya dengan pencapaian bonus yang bisa diraih. Untuk bisa naik level harus merekrut. Ini udah hal baru lagi yang aku tidak mengerti, jualan udah bisa sekarang belajar cara merekrut, aku masih malu untuk bicara di depan umum. Maka aku diajarkan system prospek online, dimulai dari orang terdekat dulu, seperti temen, saudara, tetangga. Dengan pengetahuan minim aku mencobanya, chating berkali-kali di tolak, terus aku ngeluh sama ka Vera minta diajarkan cara berbicara yang benar kepada orang-orang.

Akhirnya ia berikan tips dan trik yang bisa aku tiru, hanya mengganti nama saja. Setelah calon prospekan merespon, aku suka kebingungan menjawapnya, lalu screenshoot kirim lagi ke ka Vera minta jawapan yang tepat. Aku selalu begitu di awal-awal belajar prospek. Sudah tahu triknya, ka Vera mulai melepasku membiarkan mencoba sendiri, terkadang masih tetap minta bantuan ka Vera tapi tidak banyak hanya beberapa pertanyaan yang aku masih belum mampu menguasainya.

Tidak hanya itu, tiap malem aku di bina di telpon di dikte soal level, “mau naik level berapa kamu Ven?” . “level 6% mba tapi gimana caranya”. Mulai deh kepoin, dan mulai ditanya “berapa sih poin grup level 6%?” pertanyaan demi pertanyaan di lontarkan, aku mulai bingung menjawap, bahkan hari ini dikasih tau besok kalau di tanya lupa lagi. Akhirnya aku tulis di post it dan temple di depan computer kantorku, supaya inget kalau di tanya lagi. Karena mau naik level kalau ga tau poin berapa yang harus dikumpulkan sama saja seperti menerka-nerka yang tidak pasti.

Belajar dari kesalahan dan tidak ingin mengulangnya, mencoba memperbaiki dan memantaskan diri jika ingin naik level kira-kira sudah pantaskah aku untuk memiliki level tersebut, jika aku ingin punya downline keren kira-kira sudah pantaskah aku untuk memiliki downline keren tapi akunya saja masih biasa-biasanya saja. Semua pakai ilmu bercermin, itu yang diajarkan ka Vera padaku, “kalau Venus mau punya downline yang cekatan, yang mandiri, yang cepat tanggap, yang gak baperan , kalau Venusnya malah sebaliknya gak akan bisa nemu. Perbakin dulu sikap dan mental, nanti akan ada masanya downline keren dateng sendiri karna Allah melihat usaha kita, kaya jodoh aja kalau kitanya udah siap bakalan dipertemukan dengan jodoh kita, meskipun kita udah gonta ganti pacar” pesan itu aku ingat setiap kali prospek orang, setiap kali rekrut orang baru.

Ilmu-ilmu yang ia berikan aku simpan, aku tulis dalam buku khusus berisikan semua hal tentang Oriflame. Karena dia tahu aku sering lupa, makanya dia menyarankanku untuk tulis di buku harian Oriflame. Ilmu ini akan berulang terus, sama dari tahun ketahun, dan akan ada saatnya aku jadi upline dan gantian membimbing downlineku, begitupun seterusnya bisnis ini bisa berkembang dengan alur yang sudah dirangkai sedemikian apik.

Dalam hitungan bulan kedua, aku mampu lompat ke level Consultan 9%. Dan poin pribadiku masih bertahan 200Bp, di bulan ketiga aku mengharapkan bis lompat ke level Manager 15%. Aku dan ka Vera selalu bekerja berdua, tiap hari intens cerita mengenai perkembangan jaringanku, bagaimana cara kerja downlineku masing-masing, apa kendalaku. Kita selalu berdua dan menjalaninya bersama-sama, dan disetiap kesempatan yang ada jika aku mendapat kendala prospek offline dan banyak orang, aku selalu minta bantuannya. Ia pun selalu datang menemaniku prospek offline.

Ilmu prospek offline yang ia ajarkan lalu aku terapkan bersama downlineku, aku ajak downlineku minggu pagi ke tempat ramai dan gratis, yaitu car free day. Aku coba memulai sendiri, sementara membiarkan downlineku melihatnya di sebelahku dengan handphone di tangan untuk sigap mendokumentasikan kegiatan kami. “haii Bu, semangat pagi. Boleh minta waktunya sebentar? Lagi santai ya bu? Kenalin aku Venus dari komunitas anak muka NLC World Oriflame. Oya Ibu pernah dengar Oriflame sebelumnya?” aku mulai mendatangi salah satu ibu-ibu yang duduk bersama suaminya. “oya mba, selamat pagi juga. Boleh mba silahkan, iya ini lagi nunggu anak itu lagi main di taman. Oh Oriflame yaa? Kebetulan dulu sebelum nikah suka pakai eyelinernya. Ada yang promo ga mba eyelinernya bulan ini?” jawap si Ibu dengan ramah. “ada bu, aku lagi coba pakai eyeliner yang bentuknya seperti spidol, ibu mau coba? Saya bawa nih” dan si Ibu tersebut mencobanya serta langsung memesannya bahkan membayar uang cash. Namun karena saat itu aku tidak menyetock, maka aku  bilang kalau aku membuka pre order untuk setiap pemesanan barang. Dan ia pun tak mempermasalahkannya. “bu, aku tidak menyetock barang, karena ibu sudah pesan dan bayar mohon menunggu ya nanti begitu sudah terkumpul orderannya, akan aku kirim ke rumah Ibu. Rumah Ibu dimana? Boleh aku minta nomor handphone Ibu untuk menghubungi nanti?”. “oh iya boleh ini nomor saya 08xxxxxxx rumah saya di PCI”, ‘waaah … sama dong bu, aku juga di PCI. Deket itumah bisa aku antar nanti”.

 Setelah aku mencontohkannya, barulah mulai aku melepaskan mereka satu per satu untuk mendatangi orang di sekitar car free day, yang dituju ibu-ibu dan para remaja. Berbekal Map Sakti yang aku bawa dan katalog aku membantu setiap downlineku yang mulai menghampiri ibu-ibu, setelah downlineku selesai menjelaskan, aku bantu untuk showing katalog dan mengeluarkan barang display. Beberapa ibu-ibu mulai tertarik dan memesan produknya. Tak banyak yang menolak pun, tapi kami tetap semangat.

Waktu mulai menunjukkan pukul 10.00 sudah hampir 3 jam kami berkeliling, sesekali kami lelah dan bisa tertawa lepas sambil membicarakan rencana minggu depan, jadi kami tidak hanya fokus jualan ataupun prospek, tapi kita bisa sambil main bahkan jogging dan kuliner karena sepanjang car free day penuh orang berjualan. Senangnya hari minggu bisa produktif, karena kalau bangun siang rezekinya dipatok ayam. Terkadang kalau ingat pepatah itu memang benar juga sih. Karena kalau saja aku setiap minggu bangun siang, artinya aku tidak ke car free day, kalo tidak ke car free day artinya aku kehilangan kesempatan mencari pelanggan.

Oriflame pun mengasah kreatifitasku kembali, selain weekend keliling tempat ramai. Di hari kerjapun aku sering ceritakan produk ke teman-teman kantorku. Sebelum menceritakan produknya terlebih dulu aku pakai, supaya bisa jadi real testimoni meskipun pada awalnya aku selalu jual nama uplineku kalau cerita produk “mba ini bagus lho, uplineku sudah pernah coba”, tapi begitu aku sudah coba sendiri, lain lagi ceritanya “mba ini bagus, aku sudah coba sendiri. Aku lagi coba lipstick warna pink ini, soalnya kulit wajahku agak gelap jadi bagus warna yang nyala jangan malah nude bakalan pucet mukanya” cerita simple gitu pun akan menarik pembeli karna kita sudah pernah coba sendiri. Menambah keyakinan pembeli.

Sebelum Oriflameman, memang teman kantorku tau aku kreatif dan suka menggambar. Kreatifitasku aku kembangkan di Oriflame. Berbekal internet aku mencari contoh paket seserahan simple dan murah, aku sempat beli 1 set peralatan mandi karena mau mengganti isi kamar mandi dengan produk Oriflame. Namun iseng-iseng aku beli bungkus parcel dan membungkus 1 set peralatan mandi yang terdiri dari 1 geh wash love nature, dodorant love nature, dan body cream love nature semua rasa watermelon. Setelah aku bungkus, aku taroh di atas meja mushala dan ku sematkan kertas bertuliskan “NB : contoh seserahan. Hubungi Venus line 113”

Usai shalat aku dapat telpon dari line kantor, “Venus itu diatas punya mu? Berapa Ven harganya?”. “oh iya Bu, 1 set itu kisaran Rp 175.000, ibu mau?” . “iya Ven, mau yang diatas yaa langsung aku bayar aja buat kado soalnya”. Niat hati ingin jadikan sampel, tidak tahunya ada yang berminat beli, Alhamdulillah aja aku ucapkan sykur. Karena satu per satu teman kantor mulai kenal aku lewat Oriflame, padahal kau belum 1 tahun kerja. Karena aku tau orang suka beli produk yang langsung ada, tanpa PO. Maka aku sengaja kedepannya stiap kali beli, ku lebihnya 1 atau 2 pcs orderannya supaya kalau ada yang  butuh cepat langsung bayar.

Mulailah perlahan aku mengenal produk-produk Oriflame, aku pun tertarik  dengan lipliner warna real red.  Aku coba dan ternyata bagus, bikin wajahku cerah. Terutama orang kantor melihatku wanita paling berani pakai lipstick warna merah. Image Oriflame mulai terbingkai dengan prosesnya waktu dan usahaku mengubah penampilan. Sampai aku mulai mencoba diet nutrishake. Sebelumnya penasaran dengan box di katalog, dengan 3 varian rasa.

Aku mulai mencobanya saat dapat tester gratis dari ka Sarah, salah satu uplineku juga selain ka Vera. Dapat tester rasa coklat karena menang challenge rasanya senang sekali, aku sering dapat hadiah challenge karena aku suka dengan hadiah-hadiahnya Oriflame, aku bisa jadikan tester gratisan.

Aku dan beratku 60kg membuat hampir seluruh bajuku tak bercelah, awal masuk kerja beratku normal dan standar selalu 55kg. Meskipun saat kuliah dulu pernah juga mencoba diet, tapi selalu mentok di 55kg, atau terkadang menyentuh angka 53kg sudah kegirangan. Ingin mencoba sampai 45kg rasanya susah luar biasa padahal anak kosan jarang makan. Tapi begitu masuk kerja 55kg ku bertambah hingga jarum timbangan berhenti di angka 60kg. menakjubkan dan membuatku malu dengan postur yang terbilang tidak tinggi ini.

Akhirnya aku memutuskan berbagai cara diet mulai dari OCD, tidak makan malam, sampai akhirnya aku mengatur pola makanku sehari sekali. Pagi hanya mengkonsumsi nutrishke, siang aku isi dengan nasi supaya memiliki stamina dalam bekerja dan malam hari aku tidak makan nasi hanya minum nutrishake atau buah. Aku bukan tipe orang yang suka ngemil, jadi beruntungnya aku ketika sudah makan nasi kenyang dan tidak perlu cari cemilan lagi. Kalopun ngemil paling tidak dalam jumlah yang sedikit dan tidak sering. Sama halnya dengan makan malam, seminggu paling tidak 2 kali karena aku sering puasa senin kamis jadilah selepas buka puasa aku pastikan terisi nasi meskipun tidak banyak.

Selain itu aku pun menyeimbangi dengan olahraga, karena aku pegawai kantoran dan jadwal kerjaku no shift, aku memilih olahraga gym dan aku bisa ambil jam malam. Start aku gym jam 19.00 malam hingga jam 20.30. Kata salah seorang instruktur “mba olahraga gak perlu lama-lama, 1 jam saja sudah cukup”. Setelah gym, pasti aku selalu mengakhiri dengan membakar keringat di sauna. Seminggu bisa 2 atau 3 kali aku ngegym, untuk bisa membakar lemak-lemak dalam tubuh. Jadi penyeimbang dikala diet minum  nutrishake dan olahraga.

Selama kurun waktu 3 – 4 bulan aku rutin melakukannya, aku menadapati berat badanku turun bahkan drastis dari semula 60kg menjadi 45kg. sungguh angka penurunan yang tidak pernah aku alami selama aku melakukan diet. Tapi tidak lama, aku melakukan check up tumor ku mulai tumbuh seiring berjalannya 7 tahun berlalu pacsa operasi pertamaku. Pengangangkatan kali kedua penyakit ini membuatku harus benar-benar jaga kesehatan dan bedrest. Aku libur gym sudah hampir 8 bulan, untuk memulainya kembali membutuhkan niat yang besar. Akhirnya aku memutuskan untuk tidak gym lagi, hanya saja pola makan tetap dijaga untuk menstabilkan berat badan yang sudah ideal ini.

Jika timbangan mulai naik 2 angka menjadi 47kg aku mulai kurangi makan dan hari minggu pagi aku jogging di area jogging track yang jaraknya lumayan dari rumahku. Alasanku mengambil tempat lari di jogging track karena bersebelahan dengan car free day. Aku bukan mengincar jajanannya tapi lebih ke momen “banyak orang” untuk membantuku mengayuh bisnisku juga. Jadi sambil mendayung dua tiga pula terlampaui.  Di tempat inilah aku selalu merutinkan aktifitasku setiap minggunya, prospek, jualan hingga joggingpun.

Sendiri atau bersama teman tidak masalah bagiku, sebab ini bisnisku. Jikalau tidak ada yang mau menemani artinya temanku belum mau menemani kesuksesanku nanti. Bersusah payah dahulu sendiri saat ini, jalanin dengan ikhlas maka percaya Allah akan mengantarkan kepada kita teman yang mau diajak susah dan senang bersama. Menjemput rezeki sendirian saat ini menjadi kebangganku melatih kemandirian dan kekuatan mental jika memang yang namanya bisnis ada pasang dan surutnya.